Jumat, 20 Agustus 2010

Imam dan Ma'mum

Imam dan Ma'mum



Silahkan Baca Selengkapnya...

Yang Membatalkan Sholat

Yang Membatalkan Sholat

Shalat itu batal atau tidak syah apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan, atau ditinggalkan dengan sengaja. Dan sholat itu batal dengan hal-hal seperti tersebut dibawah ini:
  1. Berhadas
  2. Terkena najis yang tidak termaafkan
  3. Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu huruf yang memberi kan pengertian
  4. Terbuka Auratnya
  5. Mengubah niat: misalnya ingin memutuskan sholat
  6. Makan atau minum meskipun sedikit
  7. bergerak-gerak berturut turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan
  8. Membelakangi Kiblat
  9. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti rukuk dan sujud
  10. Tertawa terbahak-bahak
  11. Mendahului imamnya dua rukun
  12. Murtad
Silahkan Baca Selengkapnya...

Rukun Sholat

Rukun Sholat


  1. Niat : Dalam hal ini posisi dalam keadaan duduk (tafakur sejenak) untuk konsentrasi pada pembuka hakekat (sesuai dengan hasabil makam) dalam rangka mendirikan niat dzikrullah / mengingat Allah
  2. Berdiri tegak (badan menghadap Ka’bah)
  3. Takbiratul ihram
  4. Membaca surah Al Fatehah
  5. Ruku’ dengan tu’maninah
  6. I’tidal
  7. Sujud
  8. Duduk antara dua sujud
  9. Tashyahud awal
  10. Tashyahud akhir
  11. Membaca shalawat nabi
  12. Salam
  13. Tertib
Silahkan Baca Selengkapnya...

Syarat-syarat Sholat

Syarat-syarat Sholat


Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan shalat dapat 
dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

I. Syarat-syarat wajib shalat 
yaitu syarat-syarat diwajibkannya seseorang mengerjakan shalat. Jadi 
jika seseorang tidak memenuhi syarat-syarat itu tidak diwajibkan 
mengerjakan shalat. yaitu :

1.Islam, Orang yang tidak Islam tidak wajib mengerjakan shalat. 

2.Suci dari Haidl dan Nifas, Perempuan yang sedang Haidl (datang 
bulan)atau baru melahirkan tidak wajib mengerjakan shalat. 

3.Berakal Sehat, Orang yang tidak berakal sehat seperti orang 
gila,orang yang mabuk, dan Pingsan tidak wajib mengerjakan shalat, 
sbagaimana sabda Rasulullah : 

"Ada tiga golongan manusia yang telah diangkat pena darinya (tidak 
diberi beban syari'at) yaitu; orang yang tidur sampai dia terjaga, 
anak kecil sampai dia baligh dan orang yang gila sampai dia sembuh." 
(HR. Abu Daud dan lainnya, hadits shahih) 


4.Baliqh (Dewasa), Orang yang belum baliqh tidak wajib mengerjakan 
shalat. Tanda-tanda orang yang sudah baliqh : 

a.Sudah berumur 10 tahun. sebagaimana sabda Rasulullah 

"Perintahkanlah anak-anak untuk melaksanakan shalat apabila telah 
berumur tujuh tahun, dan apabila dia telah berumur sepuluh tahun, 
maka pukullah dia kalau tidak melaksanakannya." (HR. Abu Daud dan 
lainnya, hadits shahih)

b.Mimpi bersetubuh. 
c.Mulai keluar darah haidl (datang bulan) bagi anak perempuan 

5.Telah sampai da'wah kepadanya, Orang yang belum pernah mendapatkan 
da'wah/seruan agama tidak wajib mengerjakan shalat. 

6.Jaga, Orang yang sedang tertidur tidak wajib mengerjakan shalat. 


II. Syarat-syarat sah Shalat 

Yaitu yang harus dipenuhi apabila seseorang hendak melakukan shalat. 
Apabila salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak sah shalatnya. 
Syarat-syarat tersebut ialah : 

1.Masuk waktu shalat 
Shalat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk 
waktunya, dan tidak sah hukumnya shalat yang dilaksanakan sebelum 
masuk waktunya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya 
atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa': 103)

Maksudnya, bahwa shalat itu mempunyai waktu tertentu. Dan malaikat 
Jibril  pun pernah turun, untuk mengajari Nabi shallallaahu alaihi 
wasallam tentang waktu-waktu shalat. Jibril  mengimaminya di awal 
waktu dan di akhir waktu, kemudian ia berkata kepada Nabi 
shallallaahu alaihi wasallam: "Di antara keduanya itu adalah waktu 
shalat."

2.Suci dari hadats besar dan hadats kecil. 
Hadats kecil ialah tidak dalam keadaan berwudhu dan hadats besar 
adalah belum mandi dari junub. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu 
wa Ta'ala :

Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak 
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, 
dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai kedua mata 

Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam : 
Artinya :"Allah tidak akan menerima shalat yang tanpa disertai 
bersuci". (HR. Muslim)

3.Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, 
Adapun dalil tentang suci badan adalah sabda Rasulullah shallallaahu 
alaihi wasallam terhadap perempuan yang keluar darah istihadhah :

"Basuhlah darah yang ada pada badanmu kemudian laksanakanlah shalat." 
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Adapun dalil tentang harusnya suci pakaian, yaitu firman Allah 
Subhanahu wa Ta'ala :

"Dan pakaianmu, maka hendaklah kamu sucikan." (Al-Muddatstsir: 4)
Adapun dalil tentang keharusan sucinya tempat shalat yaitu hadits Abu 
Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata :

Adapun dalil tentang keharusan sucinya tempat shalat yaitu hadits Abu 
Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata :

"Telah berdiri seorang laki-laki dusun kemudian dia kencing di masjid 
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam , sehingga orang-orang ramai 
berdiri untuk memukulinya, maka bersabdalah Rasulullah shallallaahu 
alaihi wasallam, 'Biarkanlah dia dan tuangkanlah di tempat kencingnya 
itu satu timba air, sesungguhnya kamu diutus dengan membawa kemudahan 
dan tidak diutus dengan membawa kesulitan." (HR. Al-Bukhari).

4.Masuk Waktu Shalat ; Shalat tidak wajib dilaksanakan 
terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan tidak sah hukumnya 
shalat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya. Hal ini berdasarkan 
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : 
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang diten-tukan waktunya 
atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa': 103)
Maksudnya, bahwa shalat itu mempunyai waktu tertentu. Dan malaikat 
Jibril  pun pernah turun, untuk mengajari Nabi shallallaahu alaihi 
wasallam tentang waktu-waktu shalat. Jibril  mengimaminya di awal 
waktu dan di akhir waktu, kemu-dian ia berkata kepada Nabi 
shallallaahu alaihi wasallam: "Di antara keduanya itu adalah waktu 
shalat."

5.Menutup aurat,  Aurat harus ditutup rapat-rapat dengan sesuatu yang 
dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Hal ini berdasarkan firman 
Allah Subhanahu wa Ta'ala : 

"Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap kali berada 
ditempat sujud ." (Al-A'raf: 31)

Yang dimaksud dengan pakaian yang indah adalah yang menutup aurat. 
sedangkan tempat sujud adalah tempat shalat. Para ulama sepakat bahwa 
menutup aurat adalah merupakan syarat sahnya shalat, dan barangsiapa 
shalat tanpa menutup aurat, sedangkan ia mampu untuk menutupinya, 
maka shalatnya tidak sah.

6.Menghadap kiblat, Orang yang mengerjakan shalat wajib menghadap 
kiblat yaitu menghadap ke arah Masjidil Charam. Hal ini berdasarkan 
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka 
sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. 
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu 
berada, maka palingkanlah mukamu ke arahnya." (Al-Baqarah: 144)
Silahkan Baca Selengkapnya...

Pengertian Sholat


 Pengertian Sholat


Sholat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Syara'.

Dalil yang Mewajibkan Sholat

Dalil yang mewajibkan Sholat banyak sekali baik dalam Al-Qur'an maupun dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Dalil-dalil ayat Al Qur'an yang mewajibkan sholat antara lain :


Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' 
(Q.S Al Baqarah:43)



Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Q.S Al Baqarah:45)

Silahkan Baca Selengkapnya...

Kamis, 12 Agustus 2010

Azan dan Iqamah

AZAN & IQAMAH

1. Pengertian Azan dan Iqamah
  • Azan dan iqamah adalah dua perkara sunat dilakukan sebelum melakukan mana-mana sembahyang fardhu.
  • Azan dari segi bahasa bermaksud pemberitahuan. Manakala dari segi syara‘ pula diertikan sebagai suatu gabungan perkataan tertentu untuk mengetahui waktu sembahyang fardhu atau boleh diertikan sebagai pemberitahuan tentang waktu sembahyang dengan lafaz-lafaz tertentu.
  • Iqamah pula bermaksud sebutan tertentu untuk membangkitkan para hadirin mengerjakan sembahyang
2. Hukum Azan dan Iqamah
  • Azan dan iqamah adalah sunnah mu’akkadah secara kifayah sebelum menunaikan setiap sembahyang fardhu sama ada dilakukan secara berjama‘ah atau bersendirian, sama ada sembahyang qadha’ atau tunai bagi orang lelaki.
  • Bagi lelaki yang bersembahyang bersendirian, kedua-duanya (azan dan iqamah) disunatkan secara ‘aini. Bagi kaum wanita pula, sama ada berseorangan atau berjama‘ah disunatkan melakukan iqamah sahaja kerana dikhuatiri boleh menimbulkan fitnah dengan meninggikan suara mereka.
3. Lafadz Azan dan Aturan Melakukanya
  • Lafaz azan terdiri daripada lima belas kalimah. Ia dilaungkan sebanyak dua kali bagi setiap lafaz kecuali takbir pada awal azan disebut sebanyak empat kali dan lafaz kalimah tawhid hanya sekali sahaja.
  • Lafaz tersebut adalah seperti berikut: 

  •  Pada azan subuh pula ditambah kalimah sebanyak dua kali selepas kali yang kedua.
  • Sembahyang-sembahyang sunat yang dilakukan berjama‘ah seperti sembahyang sunat hari raya, tarawih dan sebagainya tidak disunatkan azan dan iqamah. Cuma dilaungkan semasa hendak menunaikannya dengan lafaz atau pada sembahyang tarawih diucap .
4. Syarat Syah Azan dan Iqamah
1. Masuk waktu sembahyang melainkan waktu Subuh kerana ia mempunyai dua azan. Azan pertama dilaungkan sebelum masuk waktu iaitu bermula waktunya selepas berlalu separuh malam.
2. Hendaklah dengan bahasa Arab, tetapi boleh melakukan azan untuk diri sendiri dengan terjemahannya sekiranya tidak tahu melakukan azan dengan bahasa tersebut.
3. Azan dan Iqamah hendaklah dinyaringkan biarpun didengari oleh salah seorang daripada jama‘ah ketika sembahyang berjama‘ah.
4. Tertib dan muwalat di antara lafaz azan dan iqamah.
5. Azan mestilah dilakukan oleh seorang sahaja.
6. Orang yang melaungkan azan hendaklah seorang lelaki muslim yang berakal.
5. Hal hal yang di Sunnatkan waktu Azan
1. Mu’azzin hendaklah suci daripada hadath kecil atau hadath besar.
2. Menghadap ke arah qiblat.
3. Dilakukan oleh orang yang baik dan merdu suaranya serta nyaring.
4. Dilaungkan di tempat yang tinggi kecuali jika menggunakan pembesar suara.
5. Dilakukan secara berdiri kecuali uzur.
6. Memalingkan muka ke sebelah kanan semasa menyebut dan ke sebelah kiri semasa menyebut dengan keadaan dada yang tetap.
7. Melakukan tarji‘ semasa azan iaitu menyebut dua kalimah secara senyap sebelum dinyaringkan.
8. Melakukan tathwib semasa azan subuh iaitu menyebut kalimah sebanyak dua kali selepas laungan .
9. Meletakkan jari-jari tangan di kedua-dua telinga ketika azan dengan tujuan untuk meninggikan suara.
10. Orang yang mendengar azan hendaklah diam dan mengulangi apa yang disebut oleh mu’azzin kecuali ketika mu’azzin menyebut kalimah
dan , maka hendaklah dijawab dengan kalimah .
Begitu juga ketika tathwib, hendaklah dijawab dengan lafaz .

11. Berdoa dan salawat ke atas Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam selepas azan seperti berikut:

6. Lafadz Iqamah dan Aturannya
  • Lafaz iqamah mempunyai sebelas kalimah, setiap kalimah diucapkan hanya sekali sahaja kecuali takbir yang pertama dan akhirnya diulang sebanyak dua kali. Begitu juga dengan lafaz yang diucapkan selepas kalimah juga diulang sebanyak dua kali.
  • Lafaz iqamah adalah seperti berikut:
  • Syarat-syarat iqamah adalah sama seperti azan, tetapi dibolehkan jika dilakukan oleh kaum wanita sama ada semasa sembahyang bersendirian atau berjama‘ah sesama mereka.
  • Selain itu, iqamah juga disyaratkan tidak diselangi dengan diam yang terlalu lama di antaranya dengan takbiratul ihram kecuali sekadar imam menyuruh agar membetulkan saf. Iqamah hendaklah dilakukan dengan cepat kerana ia disyari‘atkan bagi memberitahu mereka yang telah hadir untuk mengerjakan sembahyang.
  • Perkara-perkara sunat semasa iqamah juga hampir sama dengan azan, cuma disunatkan kepada orang yang mendengar iqamah menjawab dengan kalimah semasa bilal menyebut yang kedua.
7. Azan dan Iqamat Untuk tujuan Selain Sembahyang
Selain untuk tujuan sembahyang, azan dan iqamah juga sunat dilakukan untuk beberapa perkara lain:
1. Azan di telinga kanan kanak-kanak yang baru lahir, begitu juga sunat diiqamahkan pada telinga kiri. Ini adalah kerana Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam sendiri telah mengazankan telinga Hasan ketika beliau dilahirkan oleh Fatimah.
2. Azan pada waktu kebakaran, waktu perang dan di belakang orang yang bermusafir.
3. Azan pada telinga orang yang berdukacita, orang yang jatuh, orang yang marah atau manusia yang menjadi liar perangainya dan juga orang yang dirasuk jin atau syaitan.
Silahkan Baca Selengkapnya...

Tayammum

THAHARAH

Tayammum
1. Pengertian Tayammum
Tayammum ialah menyampaikan atau menyapu debu tanah ke muka dan kedua-dua tangan dengan syarat yang tertentu. Tayammum dilakukan bagi menggantikan wudhu’ atau mandi wajib (junub, haidh dan nifas), ketika ketiadaan air atau uzur menggunakan air, dan ia adalah suatu rukhsah atau keringanan yang diberikan oleh syara‘ kepada manusia. 
Disyari‘atkan tayammum berdasarkan firman Allah SWT dalam (Surah Al-Ma’idah, 5:6) yang artinya

“Dan jika kamu junub (berhadath besar) maka bersucilah dengan mandi wajib; dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air), atau dalam musafir, atau salah seorang dari kamu datang dari tempat buang air, atau kamu sentuh perempuan, sedang kamu tidak mendapat air (untuk berwudhu’ dan mandi), maka hendaklah kamu bertayammum dengan tanah – debu yang bersih.”
(Surah Al-Ma’idah, 5:6)


Semua ibadah atau amalan ta‘at yang perlu kepada bersuci (taharah) seperti sembahyang, menyentuh mushaf, membaca Al-Qur’an, sujud tilawah dan beri‘tikaf di dalam masjid adalah boleh bersuci dengan tayammum sebagai ganti wudhu’ dan mandi, kerana amalan yang diharuskan taharah dengan air adalah diharuskan juga dengan tayammum.

2. Sebab yang membolehkan Tayammum 
1. Ketiadaan air yang mencukupi untuk wudhu’ atau mandi.
2. Air yang ada hanya mencukupi untuk keperluan minuman binatang yang dihalalkan, sekalipun keperluan itu pada masa akan datang.
3. Sakit yang jika terkena air boleh mengancam nyawa atau anggota badan atau melambatkan sembuh.

3. Syarat Tayammum
1. Menggunakan debu tanah yang suci, tidak musta‘mal, tidak bercampur benda lain.
2. Menyapu muka dan dua tangan dengan dua kali pindah.
3. Hilang najis terlebih dahulu.
4. Masuk waktu sembahyang.
5. Bertayammum bagi setiap ibadat fardhu.
6. Ada keuzuran seperti sakit atau ketiadaan air.

4. Anggota Tayammum 
1. Muka.
2. Dua belah tangan hingga siku.

5. Rukun Tayammum
1. Berniat ketika menyapu debu tanah ke muka. Niat tayammum adalah seperti berikut:


Maksudnya:
“Sahaja aku bertayammum bagi mengharuskan solat kerana Allah Ta`ala.”

2. Menyapu muka.
3. Menyapu kedua-dua belah tangan.
4. Tertib.
 
 6. Sunnat Tayammum
1. Membaca basmalah yaitu lafaz
2. Mendahulukan menyapu tangan kanan dari yang kiri dan memulakan bahagian atas dari bahagian bawah ketika menyapu muka.
3. Berturut-turut di antara menyapu muka dan menyapu tangan.

7. Hal yang membatalkan Tayammum
1. Berlaku sesuatu daripada perkara-perkara yang membatalkan wudhu’.
2. Melihat air atau mendapat air sekiranya bertayammum kerana ketiadaan air.
3. Murtad iaitu keluar dari agama Islam.
 

Silahkan Baca Selengkapnya...
 

Blogroll

Site Info

Text

Mutiara Qolbu Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template